Rabu, 12 September 2012

Penuh warna dan menyilaukan mata inilah buah aneh saat ini

VIVAnews -- Buah menyilaukan yang tumbuh di hutan hujan di belantara Afrika, dinobatkan sebagai spesies alam paling berwarna yang pernah dikenal dalam dunia ilmu pengetahuan.

Ia adalah buah dari Pollia condensata, tanaman yang tumbuh dengan ketinggian kurang dari setengah meter di Ethiopia, Angola, dan Mozambik. Buahnya berbentuk bundar, kecil, dengan warna metalik seperti manik-manik.

Yang istimewa dari kulit buahnya, meski berwarna kebiruan, ia sejatinya tak punya pigmen biru. Riset terbaru yang dimuat di jurnal Proceedings of the National Academy of Sciences menyebut, alih-alih memiliki struktur warna, kulitnya merefleksikan gelombang cahaya yang ukurannya berbeda-beda.

Tiap individu sel menghasilkan warna beragam, yang membuatnya seperti lukisan pointillism, teknik yang dimiliki pelukis impresionis merangkai titik menjadi sebuah lukisan yang utuh. Saat dilihat di bawah mikroskop, kulitnya terlihat berubah warna tergantung dari sudut mana ia diamati.

Ketebalan lapisan selnya juga menentukan panjang gelombang cahaya yang dipantulkan. Beberapa sel memiliki lapisan tipis yang merefleksikan warna biru, yang lebih tebal menghasilkan warna hijau atau merah.

Dr Beverley Glover dari Department of Plant Sciences, University of Cambridge mengatakan, Pollia condensata telah berevolusi secara cerdas.

"Tanaman kecil ini sungguh fantastis, mampu membuat buahnya mengkilap, gemerlapan, multiwarna, menjadi sinyal yang menarik untuk burung di sekitarnya, tanpa membuang cadangan fotosintesis hanya untuk memberi makan burung," kata dia.

Seperti diketahui, tanaman membutuhkan bantuan mahluk lain, seperti serangga dan burung untuk menebar benih. "Ini evolusi yang sangat cerdas."

Meski buahnya tak punya nilai gizi, burung-burung tertarik pada warnanya yang terang. Mungkin dianggap indah untuk dekorasi sarang, atau untuk membuat pasangan mereka terkesan.

Yang juga mengesankan, warna buah Pollia condensata tak pudar oleh waktu. Para peneliti menemukan sampel buah di koleksi herbarium dari abad ke-19, yang masih mengkilap dan berwarna-warni seperti yang ada di alam.
Kulit buah Pollia condensata

Jadi inspirasi
Tak hanya menimbulkan decak kagum, Pollia condensata bisa jadi inspirasi untuk manusia. "Dengan mengambil inspirasi dari alam, kita bisa memanfaatkan kecerdasan kita untuk memanfaatkan material yang melimpah, murah, dan berkelanjutan seperti selulosa," kata Dr Silvia Vignolini dari Departemen Fisika University of Cambridge.

Dia meyakini, selulosa seperti pada Pollia condensata bisa digunakan untuk membuat produk pewarna untuk kepentingan industri. Misalnya, menggunakan selulosa berbasis struktur nano dengan warna struktural sebagai pengganti pewarna beracun dan pewarna makanan. (Daily Mail, Sci-News | umi)

Selasa, 04 September 2012

Konsumsi Buah Sebelum Makan

Buah itu pencuci mulut atau makanan pembuka? Bagi banyak orang di Indonesia, buah kerap diposisikan sebagai pencuci mulut yang disantap setelah mengonsumsi hidangan utama atau makan berat. Padahal, jauh lebih baik jika buah dikonsumsi sebelumnya.

Pada prinsipnya memang, kata ahli gizi Christine Natalie, buah hanyalah pelengkap dalam menu makanan. Mau disantap sebelum atau sesudah, buah tetap memberikan manfaat bagi kesehatan.

“Kalau dikonsumsinya setelah makan (utama), sebenarnya baik juga. Sebab kandungan air dalam buah dapat membersihkan alat pencernaan, mulai dari mulut, tenggorokan, hingga usus,” ujarnya.

Kendati demikian, Christine mengingatkan, jika setelah makan jadi pilihan waktu untuk mengonsumsi buah-buahan, tentu tidak bisa segera dilakukan. Sebab momentum yang baik adalah tiga jam setelah santapan utama tuntas masuk perut.

Hal ini dilakukan dengan tujuan mengosongkan lambung telebih dahulu. Selain itu, agar makanan yang sudah masuk bisa dicerna dengan sempurna, karena fungsi buah saat itu adalah pembersih alat pencernaan.

Yang berkembang di Indonesia, diakui Christine, memang menempatkan buah sebagai pencuci mulut. Banyak orang justru mengonsumsi buah setelah makan besar. Bagaimana hal itu bisa terjadi? “Sebenarnya hanya pemikiran orang-orang dulu,” ujarnya.

Selain itu, posisi buah juga “ditasbihkah” untuk dikonsumsi setelah makan, karena dalam menu pun diposisikan seperti itu juga. Mengenai sebutannya sebagai pencuci mulut, Christine menuturkan, ‘stempel’ itu melekat lantaran kandungan air dalam buah cukup tinggi.

Namun dia mengakui, walaupun dikonsumsi sesudah makan, buah yang masuk tidak akan memberikan pengaruh negatif apa pun. Kecuali, tentu saja membuat tambah kenyang.

Dia menyarankan sebaiknya buah dikonsumsi sebelum makan utama, bukan sesudahnya. Alasannya, kandungan zat gizi dalam buah dapat lebih banyak terserap oleh tubuh secara maksimal. “Ini juga bagus bagi orang yang sedang melakukan diet,” ungkapnya.

Christine menambahkan, jika dikonsumsi pada pagi hari, hasilnya pun akan sangat baik, yakni mampu meningkatkan kadar gula darah. Jadi, beberapa saat setelah bangun tidur, menjadi waktu yang sangat baik untuk mengonsumsi buah. “Sebab saat itu lambung masih dalam keadaan kosong,” ujar Christine, memberikan alasan.

Bagi dia, semua buah bisa dikonsumsi dan memberikan pengaruh baik bagi kesehatan. Tidak ada pantangan waktu, kapan saja bisa dikonsumsi.

Christine hanya mengingatkan porsi buah yang dikonsumsi. Kalau mau komplit, setiap hari buah yang dikonsumsi sebaiknya terdiri dari lima jenis. Setiap satu macam, cukup 100 gram.

“Tunggu 15 menit, setelah itu kita sudah bisa konsumsi menu utama (makan besar),” terangnya.

http://id.she.yahoo.com/makanlah-buah-sebelum-makan.html